Rabu, 23 November 2011

mengubah kelemahan menjadi kekuatan

Tidak ada manusia yang menjalani kehidupan tanpa masalah. Tidak ada juga manusia yang lahir begitu sempurna, tanpa memiliki kelemahan di dalam dirinya. Banyak orang memilih untuk menjadikan kelemahannya sebagai alasan untuk berhenti bertindak meraih keberhasilan yang diinginkannya. Sebagian kecil orang menjadikan kelemahannya justru sebagai senjata utama yang membawanya ke pintu gerbang keberhasilan dan mengenyam manisnya kehidupan. Semua kembali lagi pada satu hal, SIKAP.
Anda pernah dengan nama Valencia Mieke Randa? Atau mungkin Anda mengenalnya dengan username @JustSilly. Beliau adalah ibu dari dua orang anak autis yang cukup populer, baik itu di dunia maya maupun di dunia nyata. Saya hingga saat ini belum pernah bertemu langsung dengan beliau. Namun, hampir di setiap pagi saya tidak akan melewatkan kisah-kisah ataupun semangat pagi yang disebarkan oleh Mbak Silly (begitu saya memanggilnya :p) via twitter.
Memiliki dua orang anak autis, bukan hal yang mudah. Yang paling berat adalah menerima bahwa hal tersebut harus terjadi dalam kehidupan Mbak Silly. Bagi orang lain, memiliki anak autis mungkin adalah sebuah kekurangan. Sebuah beban hidup. Apalagi yang tidak kuat mental dengan “apa kata orang”. Bayangkan, tidak hanya satu melainkan dua anak autis. Bagaimana kalau Anda yang mengalami hal tersebut?

Mengikuti penuturannya, beliau menyampaikan bahwa awalnya sulit menerima kenyataan ini. Belum lagi kurangnya dukungan dari keluarga terdekat. Itu dulu…
Sekarang? Mbak Silly justru jadi aktivis sosial paling bersemangat. Kedua anaknya yang autis, tidak menghalangi pergerakannya menyuarakan kegiatan sosial. Mulai dari Blood For Life yang sempat diangkat oleh Google Chrome dan juga aktivitas sosial yang terkait dengan anak-anak autis. Tidak berhenti memberikan pengarahan kepada para orang tua autis, bagaimana menyikapi kehidupan dan tetap bisa memberikan dukungan serta bimbingan terbaik bagi anak-anaknya. Kekurangan beliau, diubah menjadi energi terbesar yang menjadi kekuatan utamanya untuk bergerak maju. (Read More : “Anak-anak Saya, Malaikat Tak Bersayap”)
Mbak Silly hanya satu dari sekian banyak orang yang memilih tidak menyerah dengan kelemahan yang dimilikinya dan mengubah kelemahan tersebut menjadi kekuatan. Masih banyak teman-teman saya lainnya yang senada dengan Mbak Silly. Alih-alih, menyerah dengan kelemahannya mereka justru memiliki power tersendiri. Dan inilah hasil pembelajaran saya :

Menerima Kelemahan Yang Anda Miliki

Langkah awal dari semuanya adalah menerima bahwa Anda memiliki kelemahan. Orang yang tidak mau menerima kelemahan dirinya cenderung akan terus menyalahkan keadaan. Berpikir negatif dan menutup peluang ataupun sisi lain dalam dirinya yang justru bisa dikembangkan dan menjadi kekuatan terbesarnya.
menerima keadaan diri sendiri
menerima keadaan diri sendiri
Tuhan itu adil, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Coba kalau Mbak Silly bermenye-menye ria, terus menerus menyalahkan keadaan atas kondisi kedua anaknya. Mana bisa dia sedekat sekarang dengan Tuhan, kemudian menjadi figur sosial yang populer dan menginspirasi banyak orang.

Mencari Solusi Untuk Memperbaiki Kelemahan

Kita tahu memiliki kelemahan. Maka ada 2 pilihan yang bisa kita ambil. Pertama diam saja dengan segala kelemahan tersebut atau mencari solusi untuk mengatasi masalah dan kelemahan yang kita miliki. Saya pikir tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi. Hanya kitanya, mau atau tidak mencari solusinya itu. Dan bila solusinya sudah ketemu, mau atau tidak menjalankan solusi tadi dan berubah menjadi lebih baik.
Saya punya kelemahan dalam hal kesehatan. Beberapa teman tahu, dulu saya gemuk. Didukung juga oleh hasil medical check up yang menyatakan bahwa saya obesitas level 1. Masalah bukan? Beberapa teman menyarankan untuk melakukan diet sehat. Mengubah semua, mulai dari pola makan hingga gaya hidup yang lebih sehat.
Berubah tentu tidak enak. Tapi saya berpikir, kalau ini adalah satu-satunya solusi untuk hidup lebih sehat, harus diperjuangkan. Hasilnya cukup positif. Yang tadinya obesitas level 1 turun menjadi kelebihan berat badan, 1 level di atas normal. Hasil-hasil yang lain pun menunjukkan hal yang positif. Saya memilih menjalankan solusi yang ada, alih-alih menyerah dengan keadaan. Dan sekarang, saya bisa membantu rekan-rekan yang punya masalah serupa.

Fokus Pada Kelebihan Anda

Ada kelemahan, pasti ada kelebihan. Saya percaya tiap orang itu unik dan punya kelebihan. Anda hanya perlu mencari dimana letak kelebihan Anda dan memfokuskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan kelebihan itu. Kalau Ippho Right bilang di buku 7 Keajaiban Rezeki, temukan pembeda abadi Anda dan jadikan itu kekuatan yang sangat powerful.
kekuatan fokus
kekuatan fokus

Biar Pelan, Jangan Berhenti Berubah

Seperti yang saya sebutkan di atas, berubah itu tidak enak. Berubah itu artinya keluar dari zona nyaman kita. Berubah juga bisa berarti membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Beberapa orang mungkin bisa berubah dalam waktu cepat, sementara kebanyakan tidak. Nah, disinilah Anda perlu belajar menikmati prosesnya. Meskipun pelan, jangan berhenti berubah menjadi lebih baik lagi.
Jim Rohn pernah mengatakan bahwa keberhasilan adalah hal sederhana yang Anda lakukan setiap harinya, berulang-ulang kali. Artinya kita perlu konsisten disini. Pelan-pelan mengubah kelemahan kita menjadi kekuatan yang tidak terbendung lagi. Menjadi pribadi yang unstopable.

Don’t Forget Your GOD

Terakhir, jangan lupakan DIA yang memiliki energi terbesar untuk membantu Anda. Dalam fase-fase transformasi mengubah kelemahan Anda menjadi kekuatan, akan ada titik dimana Anda merasa lelah dengan semuanya. Merasa ingin berhenti dan menyerah. Merasa kekurangan energi. Maka mendekatlah dengan DIA, pemilik energi tiada batas. DIA, yang Maha Mengatur segala urusan, yang Bumi dan Langit ada di dalam genggamannya. DIA lah, TUHAN. Kapan terakhir kali Anda bercerita dan memohon bantuanNYA?
Itu saja hasil pembelajaran yang bisa saya sharing disini. Mungkin ada teman-teman yang ingin menambahkan, silahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar